Banner 1

Teks Pidato Moderasi Beragama Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

MODERASI BERAGAMA 

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ اِنْدُونِسِيَّا دَوْلَةً مُّسْتَقِلًّا، بِاَنْوَاعِ الْعَادَاتِ الْمُخْتَلِفَاتْ،  اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلاَّ اللهْ، وَاَشْهَدُ اَنَّ محمّدًا رَسُولُ اللهْ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهْ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهْ لَانَبِيَّا بَعْدَهْ.

Dewan juri yang Arif lagi bijaksana hadirin Wal hadirot seiman seagama rohimakumullah 

Pertama-tama dan yang paling utama, marilah kita panjatkan puji syukur pada Dzat yang telah menciptakan dualisme dunia. Yang mana ia tidak akan pernah ada satu jika tidak ada dua. Sehingga terciptalah langit dan bumi, bulan dan bintang, lautan dan daratan, si cantik dan si buruk rupa, hingga sempurnalah kehidupan di alam semesta ini. 


Kedua kalinya shalawat serta salam, mudah-mudahan senantiasa mengalir deras kepada rasul pemimpin umat. Yang menyeret kriminil dan maksiat. Yang mengorbit cahaya selamat, yang mampu memberi syafaat kepada umat, besok dihari kiamat. Beliau adalah nabi Agung, Rosulullah Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. 

Hadirin sekalian yang berbahagia

Indonesia merupakan negara kesatuan yang penuh dengan keberagaman. Terdiri dari keberagaman budaya, suku dan agama. Di satu sisi hadirin, keberagaman ini menjadikan Indonesia negeri yang unik dan menarik. Sementara disisi lain, kalau tidak dijaga dan dikelola dengan baik. Bisa menjadi sumber potensi konflik, munculnya fanatisme fanatisme buta, persaingan yang tidak sehat, pertikaian perselisihan, bahkan bentrokan yang dapat meruntuhkan falsafah negara, Bhineka Tunggal Ika. 

Pertanyaannya saudaraku: Apakah kita rela bangsa yang besar ini, bangsa yang dibangun dengan susah payah ini, cucuran keringat, linangan air mata, bahkan genangan darah para syuhada, harus roboh karena kepentingan pribadi atau golongan? Jawabannya, tentu tidak saudaraku. Oleh karena itu. Izinkanlah saya membawakan sebuah pidato yang berjudul” Moderasi Beragama Sebagai Alat Pemersatu Bangsa”. 

Dewan juri yang saya hormati dan teman-teman yang berbahagia, sebelum kita berbicara tentang moderasi. Tentunya kita harus tahu dulu apakah arti moderasi moderasi adalah Jalan Tengah diantara dua hal, yang mengalami kesenjangan sosial, atau gesekan sosial. Lalu Apakah arti moderasi beragama? Moderasi beragama adalah bagaimana cara kita bersikap, memandang, berperilaku, melalui jalan tengah dalam beragama, supaya kita tidak berlebihan atau tidak ekstrim dalam menjalankan. 

Lalu bagaimana caranya agar kita bisa mencapai moderasi beragama tadi? Jawabannya ada dua. Yaitu yang pertama: kita harus menjadi umat yang wasatiyah yaitu umat yang berada ditengah-tengah, umat yang moderat dan tidak berlebihan. 

Dalam Alquran surah al-baqarah ayat 143 menjelaskan.

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا 

Dan demikian pula, kami telah menjadikan kamu umat Islam, umat pertengahan, agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia. Dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu.

 

Hadirin sekalian yang berbahagia

Ahmad Mustofa al-maroghi dalam karyanya tafsir al-maraghi, Juz 2 halaman 93 menjelaskan: Bahwa ummatawasato adalah sikap umat Islam yang berada di tengah-tengah . Kata ummata wasato dalam bahasa Indonesia bisa diartikan, sebagai umat yang moderat umat yang berada di tengah-tengah. Tidak berlebihan tidak ekstrem dan radikal dalam menjalankan ajaran agama. 

Kemudian cara untuk mencapai moderasi beragama yang kedua adalah dengan bersikap tasamuh atau toleransi. Yaitu saling menghargai dan menghormati antar sesama. Lebih khusus lagi perbedaan agama. Lalu dimanakah titik batas toleransi tersebut menurut agama? jawabannya ada di dalam Alquran surah al-kafirun ayat 4-6.

وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ 

Dan aku tidak pernah menjadi penyembah, apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku Agamaku. 

Itu adalah prinsip toleransi yang langsung Allah sebutkan, tapi uniknya teman-teman. Di Indonesia ini banyak sekali yang memaknai toleransi. Ada seorang murid yang bertanya kepada gurunya, pak guru Romadhon kemarin, teman saya yang Kristen membawakan saya kue. Dia ucapkan kepada saya, selamat menjalankan ibadah puasa.  Pertanyaannya: Apakah seperti itu yang diramalkan toleransi?  Kemudian dimanakah titik batas toleransi kalau seperti itu 

Ini bukan toleransi namanya, karena Allah sudah jelas menyebutkan bagimu agamamu dan bagiku Agamaku. Toleransi itu saling menghargai dan menghormati antar sesama, tapi bukan merupakan masalah aqidah dan keyakinan. Kita sebagai seorang pelajar akan memegang peranan yang sangat besar untuk mencapai persatuan umat. Melalui moderasi beragama. 

Dewan juri yang saya hormati, hadirin hadirot yang berbahagia.

Demikianlah pidato singkat yang bisa saya sampaikan, sebagai kesimpulan. Kita sebagai umat Islam harus melaksanakan dua prinsip dari tegangnya moderasi beragama, yaitu yang pertama. Kita harus menjadi umat yang wasatiyah yaitu umat pertengahan, Ummat yang moderat dan tidak berlebihan, 

Yang kedua kita harus bersikap toleransi, dimanapun, kapanpun dan kepada, siapapun selama itu bukan merupakan masalah aqidah dan keyakinan agar tercipta negara yang damai baldatun toyyibatun warobbun Ghofur. 

Sebelum saya tutup pidato ini, Izinkanlah saya membawakan sebuah pantun. Umat Islam merayakan lebaran, umat Kristiani bernatal kemarin hari. Moderasi beragama kita laksanakan, agar damai Bumi Pertiwi ini. Buah durian isinya putih, cukup Sekian dan terima kasih. Kurang lebihnya mohon maaf 

Waalaikum warahmatullah wabarakatuh